Tuesday 2 December 2014

3 Cara Berbeda untuk Memulai Startup Oleh Bill Gates, Mark Zuckerberg & Steve Jobs

 

Kita semua mengenal Microsoft, Facebook, dan Apple, tiga raksasa teknologi yang mengubah dunia teknologi dan budaya digital. Apa kesamaan dari ketiga perusahaan tersebut? Mereka awalnya didirikan oleh sekelompok anak muda yang mendirikan Startup (perusahaan baru) dengan kerja keras dan inovasi sehingga menjadi seperti saat ini. Menariknya walaupun kisah sukses Bill Gates, Mark Zuckerberg dan Steve Jobs tampak mirip, namun mereka punya cara dan sudut pandang berbeda untuk memulai Startup.
Saya tergugah ketika membaca wawancara Bill Gates, dimana pada dasarnya beliau berkata ada banyak cara untuk memulai ide, seperti kata pepatah, ada banyak jalan menuju roma.
Ketika ditanya apa ‘kemiripan’ Bill dengan Mark Zuckerberg sang pendiri Facebook, Bill Gates mengatakan “Saya [Bill] memulai dengan arsitektur, Mark Memulai dengan produk, Steve Jobs memulai dengan estetika (keindahan)”. Dengan singkat Bill telah mendeskripsikan perbedaan mendasar apa yang mendorong mereka membuat Startup.
Dalam satu kesempatan Bill berkata Mark Zuckerberg menyerupai Product Manager yang memperhatikan antarmuka, sedangkan Bill adalah tipe pekerja yang suka ‘ngoding’ dan terjun langsung ke teknis. Steve Jobs menganggap dirinya adalah artis alias seniman, teknologi menurut beliau adalah karya seni.
Menarik melihat perjalanan ketiga entrepreneur tersebut dengan jalan yang berbeda namun menghasilkan kesuksesan yang sama, jika anda sedang membangun Startup atau bekerja di bidang teknologi ini bisa menjadi inspirasi.
1. BIll Gates: Memulai dengan Bekerja, Maju dengan Berbisnis
Bill memulai MIcrosoft bersama temannya Paul Allen. Kesuksesan pertama mereka berhasil mencaiptakan bahasa pemograman BASIC untuk komputer Altair pada saat itu, Bill pernah berkata beliau dan Paul Allen bahkan sampai begadang berminggu-minggu ‘ngoding’ untuk menyempurnakan bahasa pemograman.
Batu loncatan bagi Microsoft adalah ketika mereka bekerjasama dengan IBM untuk membuat sistem operasi, menariknya alih-alih membuat dari nol mereka membeli program yang sudah ada bernama DOS dan sedikit memodifikasi, kemudian dijual ke IBM. Disinilah strategi berbisnis Bill Gates berperan, alih-alih menjual secara lepas, Bill mengajukan kerjasama dengan sistem pembayaran lisensi, dimana Microsoft mendapat bagian dari setiap PC IBM yang terjual.
Bill meganggap dirinya sebagai arsitek dimana dia membuat sistem operasi sebagai pondasi yang dapat di-install berbagai aplikasi. Berbeda dengan Steve Jobs, beliau tidak tertarik menjual komputer fisik, hanya fokus kepada software. Visi beliau adalah ‘satu komputer untuk setiap orang’, secara langsung menjelaskan bahwa penjualan adalah fokus utama perusahaan yang kini dipimpin oleh Satya Nadella tersebut.
2. Mark Zuckerberg: Seorang Product Manager
Menarik melihat kisah Mark Zuckerberg mendirikan perusahaan Facebook (yang kemudian difilmkan dengan judul The Social Network), karena Mark tidak memiliki rencana untuk membuat perusahaan. Dia memulai dengan membuat produk yang dia inginkan, pada saat itu dia membuat website Facemash, situs yang menampilkan dua foto wanita dan user memilih satu yang dianggap paling menarik. Berangkat dari kepopuleran Facemash, dia membuat website Facebook (awalnya bernama The Facebook) yang kini menjadi jejaring sosial terpopuler.
Jelas terlihat Mark memulai dengan membuat produk hasil idenya. JIka Bill Gates fokus kepada satu aspek saja, yaitu sistem operasi namun dia tidak mengendalikan hardware, Mark Zuckerberg lebih seperti ‘Product Manager’, dia mengontrol dari mulai antarmuka, fungsi, hingga pengguna.
Microsoft memulai dengan mengembangkan bisnis, sedangkan Facebook memulai dengan membuat produk. Menariknya pada Oktober 2007 raksasa Microsoft menyuntikan dana investasi dengan membeli 1,6% saham Facebook seharga $ 240 juta.
3. Steve Jobs: Idealis, Seniman, dan Perfeksionis
Steve Jobs merupakan sosok yang sangat unik dan tidak biasa. Beliau merupakan sosok jenius dibalik kesuksesan Apple. Namun Steve Jobs tidak menggap dirinya sebagai pakar teknologi atau Nerd (kutu buku) seperti tokoh teknologi pada umumnya. Melainkan dia menggap dirinya sebagai artis alias seniman yang mengganggap teknologi sebagai salah satu bentuk seni dan juga ‘alat’. Tidak hanya itu, mungkin Steve adalah sosok paling idealis di Silicon Valley.
Jika pengusaha muda pada umumnya memulai dengan bertanya “bagaimana membuat teknologi baru?”, atau “bagaimana membuat fitur yang unik?”, Steve Jobs terkenal dengan kata-katanya: “Bagaimana kita dapat membuat dunia menjadi lebih baik?”. Sudut pandang ini berbeda jauh dengan Microsoft, bahkan Bill Gates mengatakan Steve memulai dengan astetik atau keindahan, layaknya seorang musisi atau pelukis, bisnis menjadi aspek nomor 2 (namun tetap penting) bagi Steve Jobs, ‘rasa’, keindahan dan kesenangan pada suatu produk menjadi fokus utama.
Hal ini terlihat jelas pada produk Apple seperti iPhone, iPad dan MacBook, terbuat dari material kualitas terbaik dengan desain kelas dunia. Jika kebanyakan produsen gadget mengutamakan fitur dan fungsi Apple mengutamakan keindahan dan ‘kenikmatan’ pada produknya. Apple membuktikan produk papan atas dan berbeda dari yang lain dapat sukses di pasaran, kini Apple merupakan perusahaan dengan harga saham termahal di dunia.

No comments:

Post a Comment